BANDUNG - Diary, disebut juga catatan harian yang kutulis sejak SMA di Jakarta. Setelah berdoa pada Allah di malam hari, menjelang tidur. Kebiasaan itu, terus belangsung hingga kini.
Kemarin, kutemukan sebagian buku tulis yang sudah lusuh berisi catatan harianku, entah berapa buku yang telah kutulis. Tak kuhitung jumlahnya. Yang pasti, berkisah tentang berbagai kegiatan dan persoalan. Kutulis dengan pulpen bertinta cair di atas lembar kertas, kini telah memudar termakan usia.
Tanteku, tersenyum kecil melihat lakuku. Pagi berangkat kesekolah, pulang di malam hari. Begitu setiap harinya. “Apa sih yang dilakukan?” Tanya nya, padaku, ketika membukakan pintu rumah malam hari.
Aku dititipkan ayahku pada keluarga tanteku, saudara kandung ayah, Aku menyebutnya Tante yang tinggal di bilangan Kebayoran Baru Jakarta selatan, tepatnya Jalan Kebalen Senopati. Sementara keluargaku sudah sekian tahun menetap di kota Pekanbaru karena ayahku dipindahkan dari Jakarta sebagai Syahbandar disana.
Sejak SMA, aku banyak beraktifitas di luar rumah bersama teman komunitas di Sanggar Garajas Gelanggang Remaja Bulungan, Radio Prambors, Masjid Sunda Kelapa-tempat ibadah dan menempa ilmu agama.
Taman Ismail Marzuki pun membidani sebuah komunitas Kajian Budaya dan Film, Liga Film Mahasiswa Jakarta menyebabkan uang jajanku habis tuk segala keperluan dan urusan aktivitasku, melukis, menulis puisi, menulis cerpen, menulis skenario, menyutradarai, dan lomba Teater mahasiswa.
Baca juga:
PPM Kota Kendari Peringati HUT ke 40
|
Senang rasanya, tulisanku, puisiku, profilku dimuat dalam majalah dan koran, majalah Gadis, majalah Hai, Program Temu Remaja TVRI ketika itu..
Pun, Tuk pertama kalinya mengantarkanku ke Eropa Rotterdam Belanda dari hadiah yang kuterima ketika memenangkan lomba lukis remaja.
Lukisan itu berjudul “Burung dua” sebuah aliran suryalisme, cerminan suatu kebimbangan yang kualami saat melukis. Rasa itu tumpah warna sendu, muncul dan berontak gelisah Ber-ujud burung menghiasi kanvas ukuran satu setengah meter kali satu meter.
Dan, berselang tak lama Aku diikut sertakan pula pada Festival of Youth and The Art Melbourne, Australia. Sebagai salah satu peserta wakil dari Indonesia.
Dua kota itu.aku kunjungi, jeda waktu, tak jauh dan kutulis, .dalam catatan harian selama disana.
Rasa syukur-ku, mendapat perjalanan gratis melihat berbagai hal, alamnya, orangnya, perbedaan bangsa, perbedaan budaya, sungguh berkesan.
Benar, Allah berfirman: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Rotterdam, sebuah gemeente Belanda terletak di provinsi Holland Selatan. Rotterdam kota terbesar kedua di Belanda memiliki salah satu pelabuhan terbesar di dunia.
Sejarah kota, berawal dari sebuah bendungan dibangun tahun 1260-an di Sungai Rotte di mulut saluran Nieuwe Maas mengarah ke delta Rhine Meuse-Scheldt di Laut Utara. tahun 1340, Rotterdam diberikan hak kota oleh William IV, Pangeran Belanda
Kota ini nyaris dihancurkan seluruhnya oleh Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman) pada perang dunia kedua. Rotterdam bangkit dan dibangun kembali pada periode 1950-an hingga 1970-an.
Ketika ku berkunjung kesana, Dewan Kota Rotterdam sedang mengembangkan active architecture policy. Kota ini ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai belahan dunia. Dalam hatiku tersimpan rapat “Negera ini yang pernah menjajah Negeriku, tiga setengah abad lamanya, berdampak struktur sosial masyarakatku, rusak olehnya dengan memecah belah."
Rasis, terbentuknya tiga strata masyarakat, Eropa, China, dan Pribumi, Agama Nasrani pun masuk ketika itu.
Selama dua pekan, disana beberapa museum seni dan sejarah dapat kukunjungi, Galeri Seni, Kunsthal terletak di Westzeedijk 341 dimana terdapat, bermacam karya dari pelukis ternama, diantaranya maestro lukis, Vincent van Gogh berjudul “Lentetuin” atau “Spring Garden.” Van Gogh membuatnya tahun 1884. Lentetuin menggambarkan seorang wanita di taman dengan semak-semak berbunga merah, latar belakang gereja.
Lentetuin memberikan kenyamanan dan inspirasi, memberi emosi yang sama pada penikmatnya. Itu ada benarnya, sebab karya lukis berbeda dengan sebuah gambar.
Pada Lukisan, ada jiwa didalamnya, erat dengan psikologi kejiwaan yang menyentuh relung hati manusia.
Lukisan Kandisky juga berupaya menampakkan ekspresinya alam bentuk abstrak. Abstrak sekaligus semaraknya, emosi tak tertahankan dari karakter sang pelukis bercampur aduk, lepas.
Dalam kancah ladang kanvasnya, terbentuk susunan warna-warnigrafis geometris itu tak lain menandai 148 tahun kelahiran Wassily Kandinsky, pelukis dan penganut teori seni abad silam asal Rusia.
Berjarak 6 menit berjalan kaki, terletak di Overschiese Dorpsstraat 34, masuk ke sebuah Museum Great space dengan pagelaran seni yang baik Rondje Oud Overschie, terletak di area Wilheminakade 88, penggalan sejarah lengkap, tak luput, sejarah Nusantara Alam fauna, Kesultanan Islam, serta tokoh-tokohnya.
Tak jauh dari sana kujumpai pula Museum Foto Nederlands RAW Streetphoto Gallery terletak di area yang sama Wilhelminaplen.
Di hari berikutnya, berkesempatan mengunjungi
Kunstkubus Rotterdam dan sebuah museum di kawasan Oude Westen, Helmond, Rotterdam, terdapat bangunan-bangunan unik. Rumah Kubus yang mengartikan sebuah pohon. Cube sebagai bagian daunnya, sedangkan bagian bawah bangunan menggambarkan dahannya, bangunan ini juga mengartikan "living as an urban roof".
Bangunan yang memiliki kemiringan 45 derajat didesain arsitek Piet Blom pada tahun 1978 Universitas Erasmus Rotterdam terletak tak jauh dari sana. Meuse dan Scheldt memberikan akses jalur air ke jantung Eropa Barat, termasuk Ruhr dengan.sistem distribusi yang luas, kereta api, jalan raya, dan saluran air membuat Rotterdam mendapat julukan "Gerbang ke Eropa."
Bandung
Eddy Syarif
Tukang Foto Keliling